Damaskus, Kota Bersejarah di Negeri Syam

“Damaskus adalah surganya Timur, tempat terbit cahayanya yang cemerlang. Ia adalah tujuan akhir pencarian kita tentang informasi dunia Islam. Ia berhias dengan bunga-bunga dan bertabur sutera..”

Damaskus atau dalam bahasa Arab disebut (Dimasyq/(د مشق adalah kota peradaban umat Islam yang menyimpan sejarah kegemilangan. Letaknya berada di sebelah barat daya Suriah. Damaskus termasuk kota tua yang tercatat dalam sejarah dengan kekuasaan yang silih berganti, yaitu antara bangsa Mongol, Romawi, dan Arab. Kota ini bagai magnet yang menarik pesona siapa saja ingin yang bermukim di dalamnya. Ada yang mengatakan, sebutan Damaskus berasal dari seorang bernama Dimasyq bin Kan’an. Sejarawan mencatat bahwa kota yang kaya akan peninggalan sejarah ini dibangun pada 3000 tahun sebelum Masehi.
Damaskus adalah tempat turunnya kembali Nabi Isa Alaihissalam setelah sebelumnya Allah angkat ke langit. Rasulullah bersabda, “Ketika Allah telah mengutus Al-Masih Ibnu Maryam, maka turunlah ia di Menara Putih di sebelah Timur Damaskus dengan mengenakan dua buah pakaian yang dicelup dengan waras dan zafaran, dan kedua telapak tangannya diletakkannya di sayap dua Malaikat; bila ia menundukkan kepala maka menurunlah rambutnya, dan jika diangkatnya kelihatan landai seperti mutiara. Maka tidak ada orang kafir pun yang mencium nafasnya kecuali pasti meninggal dunia, padahal nafasnya itu sejauh mata memandang. Lalu Isa mencari Dajjal hingga menjumpainya di pintu Lud, lantas dibunuhnya Dajjal. Kemudian Isa datang kepada suatu kaum yang telah dilindungi Allah dari Dajjal, lalu Isa mengusap wajah mereka dan memberi tahu mereka tentang derajat mereka di syurga.” (HR. Muslim, Kitab Al-Fitan wa Asyrathis Sa’ah, Bab Dzikr Ad-Dajjal 18:67-68).
Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabadikan kota ini dalam kisah Isa dan Ibundanya Maryam. “Dan telah Kami jadikan (Isa) putra Maryam beserta ibunya suatu bukti yang nyata bagi (kekuasaan Kami), dan Kami melindungi mereka di suatu tanah tinggi yang datar yang banyak terdapat padang-padang rumput dan sumber-sumber air bersih yang mengalir.” (Al-Mukminun:51)
Ulama Tafsir seperti Imam Ibnu Katsir Rahimahullah mengartikan “tanah yang tinggi” yang disebutkan oleh Al-Qur’an sebagai kota Damaskus.Untuk menggambarkan secara detaik kota peradaban Islam itu, Ibnu Asakir bahkan menulis buku berjudul “Tarikh Dimasyq” (Sejarah Damaskus), yang menggambarkan tentang kota ini dan wilayah-wilayah sekitarnya, serta para ulama yang hidup di wilayah tersebut. Buku ini menjadi rujukan bagi para sejarawan dan mereka yang ingin mengetahui seluk beluk tentang Damaskus.
Pada masa kejayaannya, buku-buku bagaikan lautan ilmu yang membentang di perpustakaan-perpustakaan megah di kota ini. Sekolah-sekolah diniyah bertebaran di seantero kota. Tak heran jika pada masa lalu, Damaskus menjadi salah satu kiblat ilmu dan peradaban yang banyak melahirkan para ulama, dan menjadi tempat bagi mereka yang ingin bermukim dan menuntut ilmu.
Ketika umat Islam di Andalusia mengalami pengusiran besar-besaran, pembunuhan dan lain sebagainya pada abad ke-12 Masehi oleh kaum Nasrani, mereka berbondong-bondong datang ke Damaskus. Begitupun pada masa ketika kaum muslimin di Irak mengalami penindasan yang dilakukan oleh pasukan Tartar dari bangsa Mongol, mereka datang berlindung ke kota Damaskus. Bahkan pada abad ke-16, Damaskus tak hanya menjadi tempat berlindung bagi umat Islam dari Andalusia, bahkan juga menjadi tempat mencari suaka orang-orang Yahudi yang berdiaspora dari Andalusia.

Damaskus_Page_1

Muhammad bin Abdullah bin Bathutah atau yang dikenal dengan nama Ibnu Bathutah (1304-1368 M) seorang pelancong muslim pada abad pertengahan, dalam bukunya “Rihlah Ibnu Bathutah fi Gharaib Al-Amshar wa ‘Ajaib Al-Ashfar” menuliskan kekaguman para ulama akan keindahan kota Damaskus. Ia mengutip pendapat Abu Al-Husain bin Jabir Rahimahullah yang mengatakan, “Damaskus adalah surganya Timur, tempat terbit cahanya yang cemerlang. Ia adalah tujuan akhir pencarian kita tentang informasi dunia Islam. Ia berhias dengan bunga-bunga dan bertabur sutera..”
Abu Husain bin Jabir melanjutkan, “Jika surga berada di alam dunia ini, maka pastilah surga itu adalah Damaskus. Jika surga ada di langit, maka Damaskus bersebelahan dengannya…”
Banyak penyair yang menggambarkan tentang keindahan kota Damaskus, diantaranya dengan mengatakan, “Engkau mendapati Damaskus seperti yang diucapkan banyak orang. Di sana terdapat segala yang diinginkan oleh jiwa, dan dinikmati oleh mata…”
Ibnu Jubair, seorang yang pernah berkunjung ke Damaskus pada 1184 M juga menceritakan kota tersebut dengan mengatakan, “Setiap orang barat yang ingin meraih sukses datang ke kota Damaskus untuk belajar. Sebab, fasilitas dan bantuan di sini begitu melimpah. Para pelajar yang belajar di sini tidak khawatir akan kekurangan makanan dan tempat bernaung,” ujarnya

Damaskus2

Diantara peninggalan masa kegemilangan Islam di kota Damaskus adalah berdiri megahnya Masjid Jami’ Umawiyah, yang didirikan oleh Dinasti Umayyah pada masa Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik bin Marwan (88-97 H/705-715 M). Pada masa awal didirikan, Al-Walid bin Abdul Malik bin Marwan bahkan meminta bantuan Kaisar Romawi di Konstantinopel agar bisa mengirimkan arsitek-arsitek hebatnya ke Damaskus. Permintaan ini kemudian dikabulkan dengan mengirim 12.000 arsitek, sehingga berdirilah masjid yang bangunannya khas perpaduan antara Barat dan Timur, antara peradaban Romawi dan Islam.

Proses pembangunan Masjid Agung Umayyah dimulai pada tahun 87 H/705 M dan selesai pada 96 H/714 M. Pembangunan masjid terbesar pertama di abad ke-8 M itu melibatkan para seniman, arsitektur, dan tukang bangunan dari berbagai negeri, seperti Persia, India, Afrika Utara, Mesir, dan Bizantium.Tanah tempat berdirinya Masjid Umawiyah pada masa lalu adalah tempat berdirinya gereja Saint John Baptis Basilika yang didirikan oleh Kaisar Theodosius (330 M).

Kemudian perluasan masjid tersebut pada masa Al-Walid dilakukan di atas tanah yang dahulunya adalah gereja besar milik bangsa Romawi. Masjid Jami’ Umawiyah ini kemudian berdiri dengan megahnya dengan mozaik emas yang memancarkan kilauan indah, seolah menggambarkan kegemilangan peradaban Islam yang saat itu berhasil meruntuhkan kekuatan besar bangsa Romawi. Pahlawan pembebas Baitul Maqdis, Shalahuddin Al-Ayyubi (532-598 H/1138-1193 M) bahkan dimakamkan tak jauh dari kompleks masjid ini.
Selain dijadikan sebagai tempat ibadah lima waktu, Masjid Jami’ Umawiyah ini juga dijadikan pusat-pusat kajian keilmuan. Para ulama banyak mengajarkan ilmu-ilmu tentang hadits, fikih, tauhid, dan sebagainya. Sementara para qurra’ (ahli baca Qur’an) banyak mengajarkan bagaimana membaca Al-Qur’an dengan seni keindahan makharijul huruf yang benar.
Di Seantero kota Damaskus juga berdiri bermacam-macam madrasah dengan madzhab yang berbeda-beda. Masing-masing madzhab bertoleransi dengan madzhab yang berbeda dengannya. Diantara madrasah-madrasah tersebut adalah; Madrasah Al-Adiliyyah, Madrasah Azh-Zhahiriyah, Madrasah Ash-Shamshamiyah, Madrasah An-Nuriyah, Madrasah An-Nizhamiyah, dan lain sebagainya.
Damaskus pada masa lalu adalah benteng kaum muslimin, benteng negeri Syam, tempat berkumpul para ulama, dan tempat tersebarnya majelis-majelis ilmu. Kota Damaskus dibebaskan dari bangsa Romawi pada tahun 13 Hijriyah oleh panglima kaum muslimin, Khalid bin Al-Walid yang berjuluk “Syaifullah Al-Maslul” (Pedang Allah yang Terhunus) pada masa pemerintahan Khalifah Al-Faruq Umar bin Al-Khathab Radhiyallahu Anhu
Pada masa selanjutnya Damaskus menjadi pusat pemerintahan Bani Umayyah dan meninggalkan banyak jejak tentang kebesaran para pemimpin Islam dan kiprahnya dalam berbagai bidang. Muawiyah bin Abi Sofyan termasuk sosok yang cukup dikenal semasa memerintah di Damaskus. Ia menjadikan kota ini sebagai pusat pemerintahan pada tahun 664 M. Ia memerintah sampai pada masa Khalifah Umar bin Al-Khathab Radhiyallahu Anhu. Pada masa Daulah Umawiyah, wilayah Damaskus mencapai puncak kejayaan dengan kekuasaannya yang membentang luas, dari Pantai Samudera Atlantik hingga Sungai Hindus, dari Perancis Selatan hingga China Barat.
Di antara para ulama yang mengharumkan kota Damaskus dengan karya-karya ilmiahnya adalah:
1. Imam Al-Muwaffaq Ibnu Qudamah (451 H/1147 M-620 H/1223 M).
Terkenal dengan karyanya “Kitab Al-Mugni”
2. Imam Izzuddin bin Abdussalam As-Syafi’i (577 H/1181 M-660 H/1262 M). Terkenal dengan karyanya “Mukhtashar Shahih Muslim
3. Syaikhul Islam Ibn Taimiyah (661 H/1263 M-728 H/1328 M). Terkenal
dengan karyanya “Majmu’ Al-Fatawa” dan “Minhaj As-Sunnah An-
Nabawiyah”
4. Imam Al-Hafizh Adz-Dzahabi (673 H/1275 M-748 H/1347 M). Terkenal
dengan karya “Siyar A’lam An-Nubala
5. Tajuddin As-Subki (727 H/1327 M-771 H/1370 M). Terkenal dengan
karyanya “Thabaqat As-Syafi’iyah Kubra
6. Ibnu Qayim Al-Jawziyah (691 H/1292 M-751 H/1350 M). Terkenal dengan
karyanya “I’lam Al-Muwaqqi’in” dan “Zaadul Ma’ad”
7. Imam Al-Hafizh Ibnu Katsir (700-774 H). Terkenal dengan karyanya
Tafsir Ibnu Katsir” dan “Al-Bidayah wa An-Nihayah”
8. Imam Ibn Rajab al Hambali (736 H/1336 M-795 H/1393 M). Terkenal
dengan karyanya “Thabaqat Al-Hanabilah
9. Imam Ibnu Al-Jazari (751 H/1350 M-833 H/1429 M). Terkenal dengan
karyanya “Gayah An-Nihayah fi Thabaqat Al-Qurra”
10. Jamaludin Al-Qasimi (1283 H/1866 M-1332 H/1913 M). Terkenal dengan
karyanya “Qawa’id At-Tahdits”
11. Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albani (1332 H/1914 M-1420
H/1999). Terkenal dengan karyanya “Silsilah Al-Ahadits Ash-Shahihah”
dan “Silsilah Al-Ahadits Adh-Dhaifah
12. Abu Nashir Muhammad bin Muhammad bin Tharkhan Al-Farabi (260–
339 H / 874 – 950 M). Seorang filsuf muslim yang terkenal pada masanya.

Selain para ulama terkenal, Damaskus juga menjadi tempat bermukim para pemimpin dan panglima muslim, sampai mereka wafat di sana. Diantaranya:

1. Thariq bin Ziyad (50-102 H/ 670-720 M). Terkenal sebagai panglima
tempur menaklukkan Andalusia.
2. Musa bin Nushair (19-99 H/ 640-718 M). Terkenal sebagai penakluk negeri
Maghribi, Sisilia, dan Andalusia.
3. Imaduddin Zanki (wafat tahun 541 H/ 1146 M). Terkenal sebagai panglima
Daulah Saljuk melawan pasukan salibis.
4. Ruknuddin Baybars (620-671 H/ 1221-1277 M). Terkenal sebagai panglima
yang melawan pasukan Tartar dan Salibis.
5. Shalahuddin Al-Ayyubi (532-598 H/1138-1193 M). Terkenal sebagai
panglima pembebas Baitul Maqdis”

Syam adalah wilayah yang meliputi Suriah, Libanon, Yordania, dan Palestina. Tetapi memang lebih banyak secara letak geografis mencakup Suriah. Damaskus saat ini adalah ibu kota Republik Suriah, negara yang saat ini dipimpin oleh reszim Nushairiyah, Bashar Al-Asad. Di pusat pemerintahan inilah militer pro pemerintah bermarkas dan bergerak menyerang basis-basis yang menjadi tempat para oposisi.Damaskus adalah kota bersejarah yang berumur ribuan tahun, yang banyak menyimpan jejak sejarah kegemilangan peradaban Islam. Jika hari ini kota tersebut dikuasai oleh rezim penindas yang haus darah, maka tugas umat Islam untuk membebaskan negeri warisan para pemimpin Islam tersebut ke tangan kaum muslimin. (Artawijaya)

Tinggalkan komentar